Kamis, 18 September 2008

Wisata Kabupaten Tulungagung

Wisata Alam
Sebenarnya, Tulungagung memiliki banyak potensi pariwisata yang bisa diandalkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Sayangnya, masih banyak potensi pariwisata yang belum digarap secara baik oleh Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Meski demikian, industri pariwisata di Tulungagung cukup berkembang dengan objek wisata andalan Pantai Popoh yang terletak di Kecamatan Besuki.

Tulungagung diuntungkan dengan letak geografis yang berada di tepi Samudera Hindia, sehingga memiliki banyak pantai yang menarik untuk dikunjungi selain Pantai Popoh, di antaranya Pantai Sidem, Pantai Brumbun, Pantai Sine, Pantai Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, dan Pantai Dlodo.

Selain objek wisata pantai, Tulungagung juga memiliki objek wisata alam lain, di antaranya Air Terjun Lawean di Kecamatan Sendang, Coban Alam di Kecamatan Campurdarat, Gua Selomangleng di Kecamatan Boyolangu, serta Gua Pasir di Kecamatan Sumbergempol. Di utara Tulungagung, objek wisata alam yang terkenal adalah Pesanggarahan Argo Wilis, Perkebunan Teh Penampean, serta Bendungan Wonorejo.

Wisata Budaya
Tulungagung memiliki beberapa kesenian khas yang bisa dijadikan magnet untuk mengangkat pariwisata Tulungagung, di antaranya:
- Jaranan sentherewe
- Reog tulungagungan
- Tiban
- Jedor
- Kentrung
- Manten kucing
- Kesenian jaranan dan reog tulungagungan bahkan mendapat dukungan yang luas dari mayoritas masyarakat Tulungagung untuk maju dan berkembang.

Wisata Kuliner
Tulungagung memiliki jajanan khas, yaitu:
- Nasi lodho
- Nasi pecel tulungagung
- Sompil
- Lopis
- Cenil
- Gethuk
- Srondeng, parutan kelapa goreng terkadang dicampur daging sapi
- Jenang sabun
- Geti
- Kopi Cethe, ampas kopi yang dijadikan bahan pengoles di kertas rokok Jajanan khas tersebut biasa dijajakan di berbagai penjuru Kabupaten Tulungagung.

(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tulungagung)

Sejarah Tulungagung

Pada tahun 1205 M, masyarakat Thani Lawadan di selatan Tulungagung, mendapatkan penghargaan dari Raja Daha terakhir, Kertajaya, atas kesetiaan mereka kepada Raja Kertajaya ketika terjadi serangan musuh dari timur Daha. Penghargaan tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra sengkala "Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M. Tanggal keluarnya prasasti tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003.

Di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, terdapat Candi Gayatri. Candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara), raja yang memerintah Kerajaan Majapahit di masa keemasannya.

Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan beliau. Berikut ini adalah kutipan Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:

Prajnyaparamitapuri itulah nama candi makam yang dibangun
Arca Sri Padukapatni diberkati oleh Sang Pendeta Jnyanawidi
Telah lanjut usia, paham akan tantra, menghimpun ilmu agama
Laksana titisan Empu Barada, menggembirakan hati Baginda(Pupuh LXIX, Bait 1)

Di Bayalangu akan dibangun pula candi makam Sri Rajapatni
Pendeta Jnyanawidi lagi yang ditugaskan memberkati tanahnya
Rencananya telah disetujui oleh sang menteri demung Boja
Wisesapura namanya, jika candi sudah sempurna dibangun(Pupuh LXIX, Bait 2)

Makam rani: Kamal Padak, Segala, Simping
Sri Ranggapura serta candi Budi Kuncir
Bangunan baru Prajnyaparamitapuri
Di Bayalangu yang baru saja dibangun(Pupuh LXXIV, Bait 1)

(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tulungagung)

Rabu, 10 September 2008

PERINGATAN HAORNAS KE 25 DI TULUNGAGUNG

Pemkab. Tulungagung Selasa 9 September 2008 adakan upacara dalam rangka memperingati Hari Olah Raga Nasional ke 25. Acara yang bertempat di halaman Kantor Pemkab. Tulungagung ini diikuti oleh karyawan/karyawati lingkup Pemkab Tulungagung, anggota Kodim 0807, anggota Polres Tulungagung, pelajar dan olah ragawan.
Peringatan Haornas tahun 2008 mengambil tema : DENGAN PERINGATAN HARI OLAH RAGA NASIONAL ( HAORNAS ) KE 25 TAHUN 2008, KITA WUJUDKAN GERAKAN BERSAMA, UNTUK MEMAJUKAN PRESTASI OLAH RAGA NASIONAL. Kegiatan itu berjalan dengan lancar dan tertib dari awal hingga akhir.
Bupati Tulungagung Ir Heru Tjahjono, MM dalam sambutannya membacakan naskah sambutan Menteri Olah Raga, yang pada prinsipnya menghimbau seluruh warga negara Republik Indonesia untuk selalu meningkatkan kesatuan dan persatuan melalui olah raga. Selain untuk mencapai prestasi yang tinggi, olah raga juga lebih di utamakan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran serta meningkatkan exsistensi kerja dalam rangka mensukseskan program pembangunan nasional.
Dalam kesempatan tersebut Bupati Tulungagung memberikan penghargaan dan ucapan selamat kepada para Atlit Tulungagung yang berprestasi dalam mengikuti beberapa kejuaraan baik di Tingkat pusat maupun daerah. Adapun cabang olah raga yang mendapatkan medali antara lain :
1. Cabang atletik yang berjumlah 6 atlit,
2. Cabang Tinju 3 atlit yang kesemuanya adalah binaan sasana Guyub Rukun Tulungagung;
3. Cabang Silat 6 atlit yang kesemuanya dari perguruan PSHT Tulungagung;
4. Cabang Catur 1 atlit;
5. Cabang Tae kwondo 5 atlit ;
6. Cabang Renang 2 atlit;
7. Cabang Balab sepeda 1 atlit.
Di Tahun 2008 Kabupaten Tulungagung dalam mengikuti kejuaraan PORDA ke 7 Jawa Timur menduduki peringkat ke 12 dengan mengumpulkan 4 medali emas, 3 medali perak dan 2 medali perunggu.

(Sumber: http://www.tulungagung.go.id/)

Tulungagung, Peraih Otonomi Award 2008 Bidang Layanan Sarana-Prasarana

Wilayah Selatan Prioritaskan Air Bersih.

Tulungagung bekerja keras membangun bagian selatan wilayahnya untuk lepas dari penderitaan. Terutama dalam membuat sarana penyediaan air bersih. Seperti apa? Berikut laporan evaluasi Tim Peneliti The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP) Dadan S. Suharmawijaya.
===========

Sejak zaman penjajahan Belanda, wilayah bagian selatan Kabupaten Tulungagung terkenal sebagai daerah tandus yang sulit air bersih. Daerah yang meliputi tiga kecamatan, yaitu Kalidawir, Tanggunggunung, dan Pucanglaban, merupakan daerah paling merasakan penderitaan tersebut. Wilayah itu menjadi daerah terbelakang dibanding kecamatan lain di Tulungagung.
Namun, dalam lima tahun terakhir, ketersediaan air bersih telah membalik segalanya. Air bersih yang dulu menjadi barang mahal saat ini sudah tercukupi.
Bagi warga di sekitar wilayah tersebut, air telah menjadi penyelamat. Bukan sekadar sebagai sumber kehidupan, tapi sekaligus sebagai sumber penghidupan. Bagi mereka, air tidak hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga memberikan kualitas hidup yang lebih layak.
Betapa tidak, ketersediaan air bersih saat ini tidak hanya mencukupi kebutuhan air minum dan kebutuhan pribadi keseharian. Lebih dari itu, air bersih telah turut membangkitkan roda perekonomian di wilayah tersebut.
Sebelumnya, air bersih menjadi barang langka yang mahal. Untuk memperoleh air bersih, warga harus berjalan kaki dengan pikulan sedikitnya sejauh lima kilometer. Atau, antre berebut kiriman air dari mobil tangki PDAM yang dijual Rp 15.000 per meter kubik.
Berbeda dari kondisi saat ini, dengan mudah dan murah masyarakat bisa mendapatkan air bersih. Dengan hanya membayar Rp 1.500 per meter kubik, warga bisa langsung mendapatkan air bersih dari keran di rumah masing-masing.
Keberhasilan tersebut tak lepas dari upaya Pemerintah Kabupaten Tulungagung di bawah kepemimpinan Bupati Heru Tjahjono dengan program penyediaan air bersih menggunakan model pembangunan dana stimulan dan terpadu mulai 2002. Dana stimulan diberikan untuk memicu swadaya masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk pengadaan pipa, pompa, jaringan listrik, dan trafo.
Sementara itu, pembangunan Broncaptering, pembuatan bak penampung, dan pemasangan pipa dilaksanakan swakelola. Diharapkan, masyarakat merasa memiliki, sehingga mampu mengelola, memelihara, serta mengembangkan prasarana yang sudah terbangun.
Setelah berjalan, dana operasional justru berasal dari swadaya masyarakat yang menikmati ketersediaan program air bersih tersebut. Lewat pelembagaan, pemerintah sekaligus melakukan pemberdayaan masyarakat. Meski dalam program itu investasi awal dana stimulan memang berasal dari pemerintah, pengelolaannya diserahkan kepada Badan Pelaksana Himpunan Penduduk Pemakai Air (Bapel Hippam).
Air bersih tersebut dikelola secara swakelola oleh masyarakat, namun profesional. Pemkab Tulungagung melalui Dinas Pekerjaan Umum Prasarana Pengembangan Wilayah (PUPPW) hanya mendampingi.
Pelembagaan pengelola air itu dilakukan dengan kepengurusan masing-masing Hippam berdasar sumber air. Hal tersebut sekaligus menjadi pendidikan politik serta demokrasi yang baik bagi masyarakat. Setiap Bapel Hippam diawasi oleh Badan Musyawarah (Bamus) yang terdiri atas wakil masyarakat konsumen air bersih serta tokoh masyarakat, perangkat desa, serta BPD berdasar lokasi sumber air dan jaringan pelayanan. Sampai saat ini, setidaknya terdapat 12 Hippam yang berjalan.
Melalui mekanisme yang demokratis lewat rapat tahunan Badan Musyawarah, ditentukan persetujuan tarif air, honor karyawan, serta pertanggungjawaban pengurus Hippam. Pengelolaan keuangan, baik pemasukan maupun pengeluaran, dipertanggungjawabkan dalam forum tersebut. Pos pengeluaran, antara lain, pembayaran rekening listrik, pengadaan dan perbaikan saluran pipa, pengadaan pompa baru, serta honor karyawan.
Dengan pengelolaan yang baik, beberapa Hippam bahkan mampu menghimpun dana kas hingga puluhan juta rupiah. Untuk mengoptimalkan dana tersebut, saat ini sedang digagas pembentukan koperasi Hippam. Koperasi itu nanti membantu perekonomian warga lewat berbagai produk jasanya, baik perdagangan maupun jasa keuangan mikro.

(Sumber: www.ombudsman-asahan.org)

MENGENAI KAMI

Foto saya
Telecenter "Planet" Tulungagung merupakan salah satu bentuk program kemitraan UNDP-Bapenas-BPDE Prop. Jatim-Dinas Infokom dan PDE Kab. Tulungagung dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin melalui teknologi informasi dan komunukasi (TIK).

About Tulungagung

Kabupaten Tulungagung terletak 154 Km kearah barat daya dari kota Surabaya. Secara geografis kabupaten Tulungagung terletak antara 1110 43' s/d 1120 07' Bujur Timur dan 70 51' s/d 080 18' Lintang Selatan, terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, 14 kelurahan, 1830 RW dan 6239 RT. Kecamatan yang mempunyai jumlah desa terbanyak adalah kecamatan Gondang yaitu sebanyak 20 desa, sedangkan yang mempunyai jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Tanggunggunung yaitu sebanyak 7 desa.Batas administrasi Kabupaten Tulungagung adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Blitar, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah barat dengan Kabupaten Trenggalek. Luas wilayah Kabupaten Tulungagung adalah sebesar 1.150,41 km2 dengan rata-rata ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m. Namun ada beberapa desa di Kecamatan Pagerwojo dan Kecamatan Sendang yang ketinggiannya diatas 500 m. Di Kabupaten Tulungagung ada 4 kecamatan yang luasnya diatas 100 km2 yaitu Kecamatan Tanggunggunung, Kalidawir, Pagerwojo dan Sendang.

Peta Tulungagung

Peta Tulungagung